Tuesday, May 5, 2009

BakdEs... KoYok BedESss

Jum’at terakhir april.

Pagi hari balon-balon sibuk sms daku, “Prof ada dimana?” “jadi ikut nggak Prof?” “Prof, aku mau ke kosmu.” Begitulah, orang penting disayang teman, nggak rela jika daku nggak bergabung diantara mereka, Rumpik…. Love U so much!!!

Deka ke kos jemput daku, padahal mata nih masih butuh istirahat, maunya merem terus. Kebayang daku kemarin tidurnya hampir jam tiga pagi. Bukannya nonton bola atau ngerjain tugas, but, kadung enak ngobrol sama Lutfi. Ngobrol sama anak ini kudu kuat, padahal matanya sudah memerah, lah kok malah jadi ngobrolnya, timur kebarat, selatan keutara ngobrolnya tambah puanjang buanget. Mulai dari Eropa, Australia sampai ngomongin hal-hal diluar kepala, orang aneh sampai kiayi yang tak mau membuka matanya yang karena takut akan melihat maksiatnya dunia. Aduh.. dunia ini memang aneh.

Subuh kelewatan, satu tiket sudah aku dapatkan buat melancong ke neraka kelak. Hey para balon-balon (ehm… entah dari mana aku punya sebutan seperti ini.), ntar kita tur bareng yah ke nerakanya. Deka, ntar kita puas-puasin foto-foto disana, bunda, mega, jangan lupa photo-photo. Irma, kamu ikut nggak??? Daku butuh dikau kalau nggak ikut.

“aduh dek, tunggu di kos mega ajah yah, aku belum mandi, baru bangun.” Entahlah apa yang ada di pikran deka liat aku belum mandi. Tapi nggak banyak orang bilang katanya aku nggak jelek kok kalau pas bangun tidur, malah keliatan aslinya, cuakep bin muanis. Ah… aku jadi tambah saying sama diriku sendiri.

Pelajaran nomor satu : Tidur malem nemenin ngobrol temen sampai-sampai kelewat subuh. Apa lagi baru bangun belum cuci muka, setengah sadar keluar rumah, waduh, apa kata dunia…. “kamu jelek Rif!”

Abis mandi, pake cd, celana, baju plus jaket kebanggaan langsung ngluyur ke kampus. Sebelomnya mampir dulu ke basecam, lah basecam, sejak kapan diresmikan? Aduh buk… “tidak terlalu penting!”

Ya gitu perempuan, lemotnya minta ampun. Belum mandi maem pagi, sejam. Apalagi mandinya, bisa-bisa nggak ikutan technical mitingnya. Keputusan yang paling tepat ngluyur berdua sama deka ke basecamnya BEM FISIB ditengah belantara Trunojoyo tercinta.

“Mas Budi cepetan dong…” boleh dibilang acara ini lelet pol. Panitia sibuk sendiri, entah apa yang dibicarakan. Peserta diterlantarkan dan kemudian hal yang sama mendera egoku. Teman-temanku nggak bisa DEWASA sama sekali.

Kali ini penyakit pencari KEDEWASAAN ku muncul lagi. Aku benci KEKANAK-KANAKAN yah meski aku juga begitu. Sudahlah, barang tentu mereka masih baru lepas SMA so masih nggak tau mana yang hak dan mana yang bathil, lah maksute???

“masih ingatkan, perlengkapan yang harus dibawa?” Mas memet menjabat sebagai ketua kegiatan terlihat lebih berwibawa.

“masih..” sebagian.

“ingat...” seperempat.

“lupa…” seperdua.

Ketiga kata tersebut diucapkan serempak, sewaktu dan mungkin senada yang menimbulkan KOR berantakan. Ruangan ricuh, bercampur bahasa pribumi yang nggak dimengerti sama sekali.

“perlatan sholat, peralatan mandi, jaket sama tikar.” Ujar Mas memet. “oh iya slayer juga.” Sambungnya.

“kalau nggak pnya tikar gimana mas?”

“bawa sabun mas?”

“nggak bawa obat?”

“slayernya buat apa sih mas?”

Aduh buk… pusing daku. Mungkin panitia juga mengalami hal yang sama dengan ku, but nggak tau lagi kalau mereka sama, berarti mereka terbilang masih ANAK-ANAK. Ya of course lah bawa sabun!! Emang kalian pada mau mandi nggak pake sabun? Kalau emang punya penyakit yang obatnya nggak bisa didapet di sembarang tempat, ya dibawalah obatnya. Gimana sih, lebih intelek dikit tanyanya, misal nih yah, “kegiatan kita disana ngapain ajah?”. Nah, itu baru namanya pertanyaan.preeett

Menginjak pembagian kelompok, mbok yo canggih dikit napa, masa pake cara manual. Sekarang tuh udah jamannya komputer, udah nggak jaman pake cara-cara manual. Yah, meskipun kita bukan anak Teknik, but apa itu salah???

Tulis tuh nama kelompok,, koordinatornya, L.O nya plus anggotanya. Ketik yang rapi, print out, tempelin deh. Praktis dan efisien selain juga hemat energi. Kita juga nggak lama-lama dan bisa mempersiapkan diri di kos sebelum akhirnya kita terjun ke medan.

“Prof…. kok bisa kita pisah????”

Aduh Meg, udah deh, nggak segitunya kalik. Kita masih bisa ketemuan di sana, maen bareng sama anak-anak, Bunda, Deka, Irma, de el el.

“minta ganti kenapa Prof?” nyatanya deka juga nggak rela aku pisah dari mereka. Aduh teman, sebenernya aku juga tak sanggup, sungguh ku tak sanggup ini terjadi. Tapi apa daya tangan tak mampu.

Finally, dua orang akhirnya berpisah, Bunda sekelompok sama atik, temenku yang pualing cuantik, mawaddah, sakinah warrohmah, amien. Sedang daku dikelompok Sembilan, gabung sama teman-teman komunikasi yang belum pernah daku kenal sama sekali. Cakep-cakep nggak yah mereka?? Se friendly apakah mereka?? Yuk.. ikuti terus cerita menarik ini sampai TAMAT. To be continue……

0 comments: