Tuesday, November 3, 2009

Catatan Kaki Rifki ; Cerita Dari Bali (27-29 Oktober 2007 / 27-29 Oktober 2009) Part I

Tepat pukul 15.45 bis tiara mas resmi membawa kami berpelesir ke pulau bali. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga belas jam, akhirnya tibalah aku dan kawan-kawan dalam suasana subuh di desa adat sanur. Udara Bali kembali aku hirup setelah dua tahun yang lalu aku terakhir kali menginjakkan kakiku di sini. Hemmmmmmmmmm Bali, dengan segala keunikannya.
Tak sabar rasanya aku ingin segera berlari merasakan putihnya pasir sanur dan indahnya suguhan pencipta dengan apa yang dinamakan sunrise. Ini masih pagi, dan masya allah, begitu ramainya sanur. Beratus lebih muda-mudi tertawa riang gembira menanti sunrise nun indah. Sanur, the real of sunrise.
Aku sempat terkesiap sejenak, tersenyum dalam hatiku. Akh... dulu ditanggal yang sama dan ditempat yang tepat. Aku pernah mengukir sejarah bersama ketiga sahabatku, Yanuar dan Hendra. Menikmati sekaligus melanglang Bali. Dan sekarang, aku akan mengukir kembali bersama sahabat-sahabat seperjuangan yang sangat aku sayangi dan banggakan. Tawa canda aku dan merekan, dia dan semuanya, wau.... love you full guys...
Setelah puas, sebenernya sih nggak puas, tapi memang harus dipuas puasin (hehehe, hypocrite banget seh..) dengan sejuta take gambar yang sudah aku kenangkan bersama kawan-kawan. Sanur kami tinggalkan.
Kedua, sok gaya dan sok sok kan banget deh pokoknya. Setelah makan pagi di hotel puri bali dan menghabiskan wakti dua jam untuk mandi. Guaya tok, adus ae nang hotel, huek... hehehe... perjalanan berlanjut ke Bandara International Ngurah Rai. Let’s go guys... jangan lupa visa dan pasport anda, hehehehehe..., kita meluncur ke terminal kedatangan international.
Aku sih sempet manyun, malah bukan aku saja seh, tampang temen-temen juga begitu.kita nggak jadi ke terminal kedatangan international, tapi malah bus berbelok ke arah kantor utama gedung wasti sabha, angkasa pura I bandara Ngurah Rai. Pikirku, ngapain kita kemari, tapi semuanya itu berubah ketika aku tau kita akan mangadakan sebuah diskusi tentang angkasa pura, bandara, dan pesawat serta tetek bengeknya. Aku puas dan aku senang bisa dapat ilmu lagi. Terbesit dalam kalbuku, kok aku bisa masuk sastra inggris yah?? Kok gak masuk ITB aja ambil Teknik penerbangan biar bisa menjadi operator radar pengendali pesawat. Hehehehe.... pissss....... I love you sastra inggris...
Panasnya bali mulai terasa. Bis membawa rombongan ke arah Kuta Selatan. Tanjung Benoa tepatnya. Di perjalanan memoarku kembali membuka cerita masa laluku dua tahun yang lalu. Bay Pas Ngurah Rai, Perempatan Udayana dan Mc Donal tempatku mengais rezeki demi sesuap nasi dan biaya kuliah tahun depan. “Koran. Koran. Koran. Koran. Bali pos pak?” teriak mulutku dari petang hingga siang di sini. Akh... aku bersyukur dengan keadaanku sekarang, perjuanganku dulu tak sia-sia. Bali adalah mimpiku.
Bus berbelok kearah kiri menuju benoa. Panas menyengat. “pulau penyu mbak, bottom glas mbak,” beberapa makelar kapal menawarkan produk mereka. Aku senang melihat beberapa teman-temanku antusias. Mereka memang harus tau dan menikmati liburan mereka. Sedang aku hanya memilih membuka laptop temanku, mencoba merajut kata duduk dikursi pojok ditemani beberapa cewek yang memang menyenangkan untuk diajak bicara. Asli bule madura, faiq, salis plus zahroh sang petualang.
Kuta tetaplah kuta, pantai yang sudah termashur sejak puluhan tahun lamanya kini tak banyak berubah. Akhirnya, aku di Kuta lagi.... ah jadi kangen sama malam dimana aku berkenalan dengan seseorang. Dimana aku tau tentang dilema cinta dan kejujuran. Disaat aku tau sisi gelap Bali. yah, di depan hard rock sambil menyantap burger asli Mc. Donald.
Aku melepas rinduku sebentar dengan menginjakkan kakiku dan membasahi kembali dengan air laut pantai kuta. Sebentar saja aku sudah berada di tengah-tengah keramaian kuta square. Meski lelah, aku ingin sekejap bernostalgia bersama kenangan lama. Ah disana pikirku, aku dan dirinya, cinta ande-ande lumut.
Sebenarnya aku ingin kabur, ingin menikmati legian. “kamu dimana rif?” sebuah pesan singkat aku terima. Kusenyumkan bibirku, ah dia, “aku di square, kita ketemu di tempat biasa.” Balas smsku.
Sebuah cafe kecil yang tak jauh dari kuta. Ditemani gending bali, tak lebih lima belas menit, dia datang. Senyumnya membuatku lupa jika dulu dia pernah menjadi temanku, sahabatku.
“rifki, tambah kurus saja?”
“Dewa, aku nggak nyangka kita ketemu lagi,” kataku sambil memeluk dirinya. sahabatku yang kini telah dewasa banget..
Setelah bercakap-cakap lebih dari setengah jam, pikiranku mulai mengingat sesuatu. Teman-temanku, hotel, makan malam, bu Rif’ah, Atik. Ya tuhan aku disini bukan untuk jalan sendirian, aku punya acara terjadwal, aku harus pergi, kalau tidak aku bakalan ketinggalan bis ku.
Dengan sedikit berlari aku meninggalkan dewa menuju kuta. Matahari sudah resmi tenggelam. Kuta temaram dan semakin temaram. Jalanan mulai riuh dengan lampu-lampu menghias selasar restoran, hotel-hotel serta diskotik dan bar-bar ternama di sepanjang jalanan Kuta. Di mana yah mereka?? Atik pun, aku tak melihat hidungnya. Atik... dimana kamu, aku kan sudah bilang hubungi aku jika kalian mau beranjak.... aku menarik nafasku dalam-dalam, aku nggak boleh panik, kayak nggak tau Bali saja. Setelah menelepon Krisa, ternyata mereka sudah berada di setnra parkir. Hmmm untunglah.
“sudah ku bilang, biarlah kau bermalam ditempatku saja,” ucap Dewa.
Aku tersenyum, “kau ini ada-ada saja, lain kali saja wa.”
“aku ke lombok minggu depan, aku pindah kesana.” Tukasnya.
“really? Wow keren banget wa, ikut dong,”
waktu diperjalanan ke sentra parkir kami habiskan bercakap-cakap. Tak terasa aku harus berpisah dengan dewa. Dewa, entahlah, aku tak bisa berucap apa apa kecuali terima kasih. Jangan lupa hubungi aku dewa....
Di sentra parkir, ternyata hanya sebagian teman-temanku yang sedng menyantap makanannya. Sebagian lagi masih ada yang membersihakn dirinya di kamar mandi.
“kamu kemana saja prof..” kata salah satu temanku.
“profesor.....” deni menyambutku dengan riang hati.
“prof.. maaf aku tadi kelupaan..” tukas atik.
“rifki..... aku khawatir...” tambah ifa.
“aduh aduh... makasih banget semuanya... aku sayang sama kalian semua....” jawabku sejujur jujurnya... ternyata mereka semua menghawatirkan diriku.
Kaki sudah terlalu lelah, setengah jam berikutnya aku sudah berada ditempat tidur hotel yang cukup lah menurutku. Kupejamkan mataku, untuk kali ini, aku ingin tertidur pulas, tanpa beban dan melayang dalam mimpi-mimpi indahku. Selamat tidur teman....

2 comments:

Ello Aris said...

emang sebuah tempat pasti meninggalkan suatu bekas memoar yang panjang. Manusia lebih baik bersyukur dngan apa yg dimilikinya: sahabat baru, sahabat lama, dan smua org terdekat. Bila Bali jadi tempatmu, jadikanlah dia sahabatmu. Yup, this story is your soul.

Anonymous said...

aduuuuuuuuhhhhh....g sbar epsode slanjutnya...prof,lnjutkan!!!mimi