Thursday, October 15, 2009

Fajar

Ternyata, Aku hanya terlalu pias, terlalu memujanya, keindahan dirinya. Aku relakan semuanya hanya untuk dirinya. Tak kupedulikan keegoisannya, tak kupedulikan sisi jelek yang jelas jelas sudah terpampang rapi. Yah, kupikir ini saatnya, sudah cukup aku mengagumi keindahannya yang kadang-kadang membuatku kaku dan ngilu dalam pikiranku.

Di ufuk masih fajar, tapi kenapa dalam hati kurasa sudah beranjak senja? Apakah ada penghalang dalam sinar fajar yang seharusnya terang? Tak ada lagi suara kicau burung merdu, menari dan bedericit indah diantara ranting mangga kecoklatan. Hanya suara gagak yang mengacau atmosfir senja serta sayap teguh kelelawar binatang malam.

Ilahi…. Aku rapuh.

Ilahi….aku ingin fajar, bukan senja. Hilangkan penghalang itu, pembatas diantara aku dan dirinya. Buat dia mengerti, ada cinta yang tersakiti dibalik bilik kecil dipojok selasar hati jauh dipedalaman nurani, yang hanya untuknya, untuk dirinya.

0 comments: