Friday, September 11, 2009

Dia.........


Photo By arifperdana


Aku mengaguminya bukan hanya karena dia sering membuatku gelisah. Aku menyanjungnya bukan hanya karena dia terlalu pantas untuk kusanjung. Aku memujanya, mengharapkannya dan bahkan aku tak kuasa jika aku harus jauh dari dirinya meskipun sekejap. Dia indah diantara yang paling indah hingga aku mati rasa untuk mengungkapkan segalanya.


Dia yang mengukir semua ini. Dibalik indah bibirnya, kami sering beradu tegur, beradu sapa salam seribu bahasa. Melontarkan amarah diantara kita. Bercerita tentang segalanya, tentang euphoria kehidupan kita. Dan malam hening menjadi satu hingga kami terlarut dalam kantuk.


Kadang aku dibuatnya benci. Hingga aku merasa aku tak dianggap sebagai seorang yang ada dalam hatinya meski hanya sekecil ruang dalam lubang semut pun. Satupun tak ada. Akan tetapi perasaan itu hanya membebani diriku saja. Aku tak bias membenci dirinya, sungguh. Ada perasaan tidak rela jika aku harus membenci dirinya.


Aku telah melebur dengan kekagumanku yang paling dalam. Dengan emosi yang sebelumnya belum pernah aku ciptakan. Harapanku terlalu menggebu dan hanya berakhir dalam penyesalan. Kesadaran kadang sering memberontak, disaat kehadiran pihak ketiga yang sering membuatku kewalahan menghindar dalam gelora api cemburu. Sebuah pertanyaan yang besar buatku. Kenapa aku harus Cemburu??????? Hey… kau, kenapa?????


Aku hanya ingin memilikinya, meskipun sesaat, ah tidak, selamanya mungkin. Aku tak ingin dia bersama yang lain, di milikku dan akan tetap menjadi milikku. Aku tak peduli, dia mau menyakitiku, menikamku atau malah membunuhku, aku tak peduli. Sungguh kawan, aku telah teracuni hawa nafsunya. Aku harus kuat, aku harus bias menghibur diriku, meskipun hal itu tak akan pernah terjadi tanpa suatu keajaiban.


Di kejauhan aku hanya bisa mengamati betapa cadas tubuhnya. Seakan aku bias meraihnya dan kudekap erat hingga aku sedikit menggelinjang sedikit mendesah. Desahan nafasnya yang kuinginkan. Kecup mesra bibirnya yang memagut. Semuanya, hanya dari kejauhan dan jauh hingga jauh.


Tuhan, masih adakah sebuah keajaiban kecil untukku? Dan apakah aku harus terlena seperti ini untuk selamanya. Dia hidup, tapi dalam khayalan belaka. Tak perlu banyak alasan lagi buatku kini. Aku mencintainya mulai dari ujung rambutnya hingga ke ujung kakinya yang menawan. Aku tak peduli ini nafsu belaka atau benar-benar andil dari sebuah cinta yang sempurna. Yang jelas aku mencintanya lebih, bahkan aku rela mengoorbankan segalanya deminya, demi bersamanya. I love you though I can’t reach you.

0 comments: