Saturday, January 10, 2009

Cerita akhir tahun.

Cerita akhir tahun, Desember 31 2008 at 11.45 pm

in New years eve


Apa yang aku inginkan? Dan mengapa aku tidak mengetahui apa yang aku inginkan, bahkan ketika aku tidak punya sedikit pun keraguan untuk mengakuinya?

Mungkin, hal yang paling kuinginkan adalah supaya dia mengatakan kepadaku bahwa tidak ada yang salah denganku, bahwa aku sama manusiawinya dengan pemuda lain seusiaku. Aku akan merasa bahagia dan tidak akan meminta apa pun yang lain sekiranya dia mau membungkuk serta meraih martabat yang dengan begitu gampangnya telah kulemparkan kedekat kakinya.

Aku adalah Glaucus dan dia adalah Diomodes. Atas nama satu kultus samar-samar hidup diantara kaum laki-laki dan yang lainnya, aku menyerahkan kepadanya baju zirahku yang terbuat dari emas untuk mendapatkan miliknya yang perunggu. Pertukaran yang adil, tidak ada tawar menawar, tidak ada yang bicara tentang keuntungan atau penghambur-hamburan.

Kata “Persahabatan” muncul dibenakku. Tetapi, persahabatan, seperti yang dimengerti oleh setiap orang lain, rasanya asing, sesuatu yang hampa yang tidak menarik perhatianku. Sebaliknya, hal yang sungguh-sungguh kuharapkan, tidak berbeda dengan yang diharapkan semua manusia dari sesamanya, yaitu sesuatu yang membuat kehidupan layak dijalani. Sesuatu itu pertama-tama harus mengalir darinya. Kemudian, mungkin diriku.

Ada suatu hukum yang mengatakan bahwa ketika seseorang demikian terpesona pada yang lain, orang lain pun pasti terpesona padanya juga. Cinta membuat orang yang dicintai pasti akan membalas cinta itu. Demikian kata Francesca dalam Inferno. Tunggu saja dan berharaplah. Aku memang berharap, walaupun mungkin ini merupakan sesuatu yang paling kudambakan. Menunggu selamanya.

Kapan mereka memisahkan kita, kau dan aku ? dan mengapa aku mengetahuinya, sedangkan kau tidak? Tubuhmukah yang kuingkan ketika aku berpikir tentang tubuh yang ingin kusanding setiap malam? Apakah aku ingin merasuk ke dalam tubuhnya dan memilikinya seolah-olah tubuh itu adalah tubuhku sendiri. Apakah semuanya itu kulakukan sambil terus berharap agar kau merasuk kedalam diriku, seolah-olah segenap tubuhku merupakan pakaianmu, rumahmu seakan-akan malam tadi, malam satu-satunya yang kuharapkan dalam hidupku? Kau di dalam diriku, aku di dalam dirimu…

Aku mengangkat bahuku. Belum pernah aku merasakan kontradiksi sekuat ini. Ini sungguh menyakitkan, sebab aku tak ingin mengatakan semuanya. Dia mungkin akan mengatakan tidak, dia bahkan mungkin akan memutuskan untuk meninggalkan malam tadi lalu menghilang, dan bila didesak akan menjelaskan alasannya. Biarkan saja, lamunanku pun melayang.

Suatu pemikiran yang mengerikan tiba-tiba mencekamku. Bagaimana bila aku telah mengatakannya dan bila saat ini, dia menceritakan apa yang telah terjadi malam tadi? Bagaimana bila di menyebarluaskannya, meskipun tidak secara detil, pada orang-orang yang ditemuinya. Dan bila aku berada ditempatnya, akan sanggupkah aku mengunci bibirku rapat-rapat untuk menjaga rahasia tersebut? Tidak.

0 comments: